JURNAL KEBIDANAN PENGARUH TEKNIK NAFAS DALAM TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU PERSALINAN KALA I DI PONDOK BERSALIN NGUDI SARAS TRIKILAN KALI JAMBE SRAGEN

Sumber : Kumpulan Jurnal Kesehatan

JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
PENGARUH TEKNIK NAFAS DALAM TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT
KECEMASAN PADA IBU PERSALINAN KALA I DI PONDOK BERSALIN
NGUDI SARAS TRIKILAN KALI JAMBE SRAGEN
Oleh : Abdul Ghofur dan Eko Purwoko1
ABSTRACT
Background: dread of pregnancy is possible caused by the lack of pregnancy knowledge
and experience about pregnancy by responder. Dread is one of respond effect of human
being to dread. Somebody worry so that cannot speak and try to adapt the dread before
pregnancy and often become the resistance in pregnancy. Giving treatment of deeply
respiration technique before pregnancy causes the calm patient and less the dread. This
matter is pain in bone and complication of patient’s pregnancy. The purpose of this research
is to know “The Influence of deeply respiration technique toward change of dread level to
maternity’s mother scale I”.
Methods: this research is experimental research that assesses the influence of giving deeply
respiration technique toward change of dread level to patient’s pregnancy by using type “one
group pre test and post test" by taking location in delivery clinic Ngudi Saras Trikilan Kali
Jambe Sragen. Method of taking sample is totally sampling, by responder is 12 people. The
analysis test is pired T, Test by using SPSS 12.
Conclusion: research which can be depicted is there is difference scale in dread level to
patient before given the treatment of deeply respiration technique and after of it.
There is significant influence from giving deeply respiration technique toward dread level to
patient’s pregnancy scale I.
Keywords: Deeply respiration technique, dread level of patient pregnancy scale I.
1 Staf pengajar STIKES Surya Global Yogyakarta
Alumnus Ilmu Keperawatan STIKES Surya Global Yogyakarta
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kecemasan (ansietas) merupakan stressor yang dapat merangsang
sistim saraf simpati dan modula kelenjar andrenal. Pada keadaan ini akan
terjadi peningkatan sekresi hormone adrenalin sehingga dapat menimbulkan
tingkat kecemasan. Terutama berkaitan dengan kemarahan, agresifitas,
semangat berkompetisi, diburu waktu dan pendendam. Rasa cemas ini
merupakan keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang
mengancam atau yang dibayangkan, ditandai oleh kekawatiran,
ketidakenakan dan perasa tidak baik yang tidak dapat dihindari, disertai
perasaan tidak berdaya karena merasa menemui jalan buntu dan
kemampuan untuk menemukan pemecahan masalah terhadap masalah yang
diahadapi (Kaplan and Saddock, 1998).
Proses keperawatan di Rumah Sakit seringkali mengakibatkan aspekaspek
peikologis sehingga menimbulkan berbagai permasalahan psikologis
bagi pasien yang salah satunya adalah kecemasan. Seperti yang
diungkapkan sarafino dalam kecemasan merupakan perasaan yang paling
umum dialami oleh pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Kecemasan yang
sering terjadi adalah apabila pasien akan dilakukan pembedahan atau
tindakan yang mengancam jiwanya sebagian besar berfokus pada hubungan
antara kecemasan, dalam proses kelahiran atau masa perawatan
penyembuhan (Stuart and Sundeen, 1998 ).
Pasien yang akan melahirkan biasanya mengalami masalah-masalah
psikologis yang berupa reaksi emosi sebagai menifestasi gejala psikologis,
sebab tindakan yang akan dilakukan baik pembadahan maupun tindakan
pertolongan persalinan marupakan ancaman potensial maupun aktual pada
integritas seseorang yang dapat membangkitkan stress fisiologis maupun
psikologis. Reaksi emosi ini biasanya pada umumnya berupa reaksi negatif,
seperti menolak, takut, marah, sedih dan cemas. Reaksi tersebut merupakan
hasil dari cara-cara individu dalam memandang realitas. Setiap emosi negatif
atau menyakitkan terjadi karena individu berpikiran negatif terhadap konflik
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
dan kondisi stress yang dialaminya, padahal sebenarnya individu dapat
berpikiran positif, sehingga reaksi emosi yang muncul dapat berupa emosiemosi
positif yang mengarah pada kesehatan fisik dan kesejahteraan mental.
Rasa cemas ini merupakan keadaan mental yang tidak enak
berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, ditandai
oleh kekhawatiran, ketidakenakan dan perasa tidak baik yang tidak dapat
dihindari, disertai perasaan tidak berdaya karena menemui jalan buntu dan
ketidak mampuan untuk menemukan pemecahan masalah terhadap masalah
yang dihadapi (Stuart and Sundeen, 1998). Hal ini terjadi karena kebanyakan
pasien persalinan kala I kurang mendapatkan informasi atau paparan yang
akurat tentang persalinan khususnya pasien persalinan primipara sehingga
pasien cenderung membuat interprestasi sendiri (self interpretation) yang
kadang-kadang berlebihan, seperti bahwa persalinan sangat menyakitkan
dan mengancam jiwa, akibat dari munculnya rasa cemas ini adalah
meningkatnya sensitivitas (kepekaan) emosi individu dengan menifestasi
mudah menangis dan mudah curiga (negative thingking) pada orang lain.
Fase awal yang biasanya terjadi pada pasien yang akan melahirkan,
mulai timbul rasa cemas yang berlebihan akibat dari rasa takut, sakit,
ancaman dalam proses persalinan itu sendiri, dalam keadaan ini pasien yang
akan mengalami persalinan yang berlangsung lama berkaitan dengan
peningkatan mortalitas dan morbiditas ibu pada anak. Bagian utama pada
persalinan diarahkan pada lambatnya persalinan, intervensi seperti amniotomi
dan pemberian oksitosin yang memperbesar tenaga dan mempercepat
proses persalinan. Rasa cemas selalu mengiringi dalam proses persalinan,
disebabkan ancaman-ancaman dari berbagai persoalan yang dapat
mengancam atau menimbulkan kematian (Frigoletto, 1998).
Studi pendahuluan yang dilakukan penulis, pada tanggal 15 Oktober
2007 terdapat 2 pasien yang akan melakukan persalinan kala I terlihat dan
nampak cemas, kerena tidak pernah diberikan perlakuan teknik nafas dalam
dan kurangnya paparan atau informasi tentang teknik persalinan. Oleh karena
hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada
pasien persalinan kala I di Pondok Bersalin Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe
Sragen. Berdasarkan masalah bahwa tingginya tingkat kecemasan pada
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
pasien persalinan kala I peneliti dapat merumuskan masalah ” Bagaimanakah
perubahan tingkat kecemasan pada persalinan kala I melalui teknik nafas
dalam di Pondok Bersalin Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe Sragen?”.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui pengaruh teknik nafas
dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala I.
Sedangkan tujuan khususnya adalah : Pertama, diketahuinya gambaran
teknik nafas dalam, yaitu nafas dengan irama pernafasan dalam pada pasien
persalinan kala I. Kedua, diketahuinya karakteristik tingkat kecemasan pada
pasien persalinan kala I.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menilai
pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada
pasien persalinan dengan pendekatan eksperimen semu / quasi
eksperimen.Jenis desain Quasi eksperimen pada penelitian ini mengambil
jenis “One group pre test-posttest” di mana kelompok eksperimen diberikan
pre test sebelum di beri perlakuan yang kemudian diukur dengan posttest
setelah perlakuan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Pondok Bersalin Ngudi Saras Trikilan
Kali Jambe Sragen Jawa Tengah. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan
Desember 2007.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah keseluruhan subyek atau hal-hal yang
ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalani
persalinan kala I, berjumlah 12 responden yang menjalani persalinan kala I
pada bulan Desember 2007 di Pondok Bersalin Ngudi Saras Trikilan Kali
Jambe Sragen Jawa Tengah. Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
menggunakan teknik total sampling. Sedang sampel penelitian ini adalah
pasien persalinan kala I yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:
Pertama, pasien yang menjalani persalinanan kala I baik primigravida
maupun muligravida. Kedua, bersedia dijadikan responden. Ketiga, pasien
yang diukur tingkat kecemasannya mengalami minimal kecemasan dari
tingkat kecemasan berat sampai dengan tingkat kecemasan ringan, terdapat
12 responden. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah : Pertama, pasien yang
tidak menjalani persalinan kala I. Kedua, tidak setuju untuk dijadikan
responden. Ketiga, tidak mengalami kecemasan.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang perlu
dikumpulkan adalah biodata responden dan skala tingkat kecemasan pasien
persalinan kala 1.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara dan lembar
observasi. Observasi dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan. Ada
beberapa skala tingkat kecemasan yang ditandai dengan gejala psikis, yaitu
kecemasan, tegang, takut, insomnia, kesulitan konsentrasi atau gangguan
intelektual dan perasaan depresi atau sedih. yang digolongkan menjadi
beberapa golongan, yaitu : cemas ringan, sedang, berat, dan panik.
Skor kurang dari 150 : tidak ada cemas
Skor 150 – 199 : cemas ringan
Skor 200 – 299 : cemas sedang
Skor 300 – 399 : cemas berat
Skor lebih dari 399 : cemas luar biasa/ panik
Pengolahan dan Analisis Data
Kriteria hasil dari pemberian teknik nafas dalam pada pasien
persalinan kala 1 adalah terjadinya intensitas penurunan tingkat kecemasan
setelah diberikan perlakuan selama 15 menit. Indikator dari pemberian teknik
nafas dalam pada pasien persalinan kala 1 berdasarkan kriteria hasil adalah
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
terjadi penurunan tingkat kecemasan, dari tingkat yang panik berubah ke
tingkat yang ringan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian tentang pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan
tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala 1 yang dilaksanakan di Klinik
Kebidanan Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe Sragen, sejak Bulan Desember
2007, adapun pengambilan sampel diperoleh responden yang telah
memenuhi kriteria sebanyak 12 responden. Perlakuan yang diberikan oleh
peneliti dalam penelitian ini adalah teknik nafas dalam selama 15 menit dalam
1 kali pertemuan.
Jumlah responden berdasarkan umur di Klinik Ngudi Saras Trikilan Kali
Jambe Sragen sebanyak 3 orang berumur 20-25 tahun , 3 orang berumur 26-
30 tahun, dan sebanyak 6 orang yang berumur 30-35 tahun. Berdasarkan
pekerjaan yang paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga 7 responden
(58,33%). Berdasarkan riwayat persalinan responden yang menjalani
persalinan paling banyak yaitu persalinan multigravida sebanyak 7
responden (58,33%), sedangkan yang menjalani persalinan primigravida
sebanyak 5 responden (42,33%). Berdasarkan riwayat persalinan, semua
responden belum pernah ada yang melakukan persalinan dan ada juga yang
sudah pernah melakukan persalinan (tabel 1).
Berdasarkan umur responden, banyak pasien yang akan menjalani
persalinan pada umur 20 – 25 tahun. Pasien yang berada pada umur tersebut
banyak yang mengalami tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 3
responden (25 %), kecemasan dapat terjadi pada semua usia, tapi lebih
banyak terjadi pada usia lebih dewasa. Sedangkan pada umur 26 – 30 lebih
banyak mengalami tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 5 responden
(42, 33%).dan pada umur 26 – 30 hanya 1 responden (8,33%) yang
mengalami kecemasan sedang. Sedangkan pada umur yang lebih tua umur
31 – 35 tahun pada penelitian ini lebih mengalami kecemasan sedang
sebanyak 2 reponden (16, 67%) (tabel 2). Pendapat Soewardi (1998) bahwa
individu yang matur adalah individu yang memiliki kematangan kepribadian,
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
lebih sukar mengalami stress karena indivudu yang matur mempunyai daya
adaptasi yang besar terhadap stressor yang timbul.
Sebagian besar responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga
merupakan responden yang paling banyak mengalami tingkat kecemasan
berat sebanyak 5 responden (42,33%) faktor pekerjaan merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan, dimana seorang memiliki
pekerjaan beresiko justru memiliki koping yang lebih baik karena terbiasa
menghadapi keadaan atau situasi-situasi yang rumit (tabel 3). Pendapat ini
sesuai dengan penelitian ini bahwa pasien yang mengalami tingkat
kecemasan yang paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dimana
mempunyai stressor yang paling berat dibanding pekerjaan lain.
Jenis persalinan berpengaruh pada kecemasan yang terjadi pada
responden Di Klinik Bersalin Ngudi Saras Sragen. adapun yang termasuk
jenis persalinan antara lain persalinan multigravida dan primigravida.
Sedangkan yang termasuk persalinan primigravida tingkat kecemasanya lebih
tinggi sebanyak 5 responden 41,33%.dibanding persalinan multigravida 4
responden 33,33.%. Responden yang akan menjalani persalinan lebih banyak
mengalami minimal kecemasan (tabel 4).
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan paired t test
didapatkan nilai t hitung = 13,000 sedangkan pengambilan keputusan dapat
langsung berdasarkan nilai signifikansi yang besarnya 0,000 dimana sig <
0,05, sehingga Ho ditolak, artinya ada perbedaan yang signifikan antara
sebelum pemberian teknik nafas dalam dan sesudah pemberian teknik nafas
dalam pada pasien persalinan kala I (tabel 5).
Beberapa karakteristik tingkat kecemasan sebelum pemberian perlakuan
teknik nafas dalam dimana responden yang mengalami tingkat kecemasan
sebelum perlakuan sebanyak 9 responden (74,49%) dengan skala tingkat
kecemasan berat. Sedangkan skala tingkat kecemasan sedang hanya
terdapat 3 responden (25%) (Tabel 6 ).
Efektifitas pengukuran diketahui bahwa perlakuan teknik nafas dalam
setelah post perlakuan dapat diketahui skala tingkat kecemasan dengan
kriteria tingkat kecemasan sedang sebanyak 8 responden (66,67%).
Sedangkan tingkat kecemasan ringan terdapat 4 responden (33,33%) (Tabel
7).
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
Perubahan tingkat kecemasan pasien sebelum dan sesudah pemberian
teknik nafas dalam. Sebelum pemberian teknik nafas dalam, responden yang
menyatakan tingkat kecemasan berat sebanyak 9 responden (74,97%)
sedangkan sesudah pemberian teknik nafas dalam, tingkat kecemasan
responden berubah menjadi ke tingkat kecemasan sedang sebanyak 8
responden (66,67%). Responden yang berada pada tingkat kecemasan
sedang sebelum pemberian teknik nafas dalam adalah sebanyak 3
responden (25%) dimana jumlah responden setelah pemberian teknik nafas
dalam terdapat 4 responden (33,33%)dengan tingkat kecemasan ringan
(Tabel 8). Hal tersebut memperlihatkan penurunan angka tingkat kecemasan
pada pasien persalinan setelah diberikan prosedur teknik nafas dalam.
Berdasarkan data selanjutnya dilakukan analisa data dengan
menggunakan paired t-tes, adapun hasil pengolahan data menggunakan
paired t-tes adalah dengan menguji hasil beda antara pre dan post perlakuan.
Adapun output sebagai berikut, diketahui t hitung 13.000 dibandingkan t tabel
dengan df-1 = 12-1 =11 dengan nilai signifikan 0,05. sehingga t tabel =1.796,
sehingga 13.000>1,796 (t hitung >t tabel), dengan demikian Ho ditolak,
artinya ada beda secara signifikan tingkat kecemasan pada ibu persalinan
kala I antara sebelum diberi perlakuan teknik nafas dalam dan setelah
diberikan teknik nafas dalam. Dengan kata lain, pemberian teknik nafas
dalam efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan pada persalinan kala I.
Berikut ini disajikan tabulasi data dari tabel 1 sampai dengan 8 :
Tabel 1. Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Pekerjaan, dan Riwayat
Persalinan
No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia :
a. 20 – 25 tahun
b. 26 – 30 tahun
d. 31 - 35 tahun
363
25
50
25
Jumlah 12 100
2 Pekerjaan
a. Ibu rumah tangga
b. Wiraswasta
c. Bidan
d. PNS Guru
7122
58,33
8,33
16,67
16,67
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
Jumlah 12 100
3 Riwayat persalinan
a. Multigravida
b. Primigravida
75
58,33
41,33
Jumlah 37 100
Sumber : data primer tahun 2007
Tabel 2. Tingkat Kecemasan Responden yang Diukur menggunakan AAS
berdasarkan Umur
Umur Tingkat kecemasan Total
Berat % Sedang % Frekuensi %
20 – 25 tahun 3 25,0 0 0 3 25
26 – 30 tahun 5 41,66 1 8,33 6 50
31 – 35 tahun 1 8,33 2 16,67 3 25
Jumlah 9 74,99 3 25,0 12 100
Sumber : data primer 2007
Tabel 3. Tingkat Kecemasan Responden yang Diukur menggunakan AAS
berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Tingkat kecemasan Total
Berat % Sedang % Frekuensi %
PNS guru 2 16,67 0 0 2 16,77
Wiraswasta 1 8,33 0 0 1 8,33
Ibu rumah tangga 5 41,66 2 16,67 7 58,0
Bidan 1 8,33 1 8,33 2 16,67
Jumlah 9 74,99 3 24,99 12 100
Sumber : data primer 2007
Tabel 4. Tingkat Kecemasan Responden yang Diukur Menggunakan AAS
berdasarkan Riwayat Persalinan
Jenis Persalinan Tingkat kecemasan Total
Berat % Sedang % Frekuensi %
Multigravida 4 33,33 3 25 7 58,0
Primigravida 5 41,33 0 0 5 41,33
Jumlah 9 74,99 3 25 12 100
Sumber : data primer 2007
Tabel 5. Pengaruh Pemberian Teknik Nafas Dalam terhadap Perubahan
Tingkat Kecemasan pada Pasien Persalinan Kala I
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
n t sign
Tingkat
kecemasan
12 13.000 0,000
Sumber: data primer 2007
Tabel 6. Efektifitas Pemberian Teknik Nafas Dalam terhadap Perubahan
Tingkat Kecemasan Sebelum Perlakuan pada Pasien Persalinan
Kala I dengan Pengukuran Menggunakan AAS.
Tingkat Kecemasan Pre Test
Tingkat
Kecemasan
Frekuensi Persentase Persentase Persentase
kumulatif
Sedang 3 25,0 25,0 25,0
Berat 9 75,0 75,0 100,0
Total 12 100,0 100,0
Sumber: data primer 2007
Tabel 7. Efektifitas Pemberian Teknik Nafas Dalam terhadap
PerubahanTingkat Kecemasan Sesudah Perlakuan pada Pasien
Persalinan Kala I dengan Pengukuran Menggunakan AAS.
Tingkat Kecemasan Post Test
Tingkat
Kecemasan
Frekuensi Persentase Persentase Persentase
kumulatif
Ringan 4 33,3 33,3 25.0
Sedang 8 66,7 66,7 100,0
Total 12 100,0 100,0
Sumber: data primer 2007
Tabel 8. Efektifitas Pemberian Teknik Nafas dalam Pre dan Post Test dan
diukur dengan menggunakan AAS
Tingkat
Kecemasan
Jumlah
responden
pre
intervensi
Pre
Intervensi
Frekuensi
(%)
Jumlah
responden
post intervensi
Post
Intervensi
Frekuensi
(%)
Tidak ada cemas 0 0 0 0
Cemas ringan 0 0 4,0 33,33
Cemas sedang 3 25,0 8,0 66,67
Cemas berat 9 74,97 0 0
Panik 0 0 0 0
Total 12 100 12 100
Sumber: data primer 2007
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
Pembahasan
Gambaran Pasien Yang Mengalami Kecemasan pada Persalinan Kala I
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak nyaman dan kekhawatiran
yang timbul karena dirasakan terjadi suatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya dari sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam
(Depkes RI, 1990).
Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya
tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual (Kaplan and Sadock,
1997). Sitat dalam Muzaham, 1997 menggambarkan kecemasan dalam dua
golongan yaitu : Pertama, kekhawatiran mengambang ( floating anxiety ) yaitu
respon umum yang biasa dialami oleh setiap orang, tidak terlepas dari
penyakit itu sendiri. Kedua, kecemasan khusus ( specific anxiety ) yaitu suatu
respon psikologis terhadap demam atau rasa sakit yang bakal dialami sesuai
dengan tingkat keparahan atau ancaman yang ditimbulkan oleh suatu gejala
penyakit. Berdasarkan penggolongan tersebut, kekhawatiran pasien yang
disebabkan karena perubahan lingkungan, hilangnya kontak sosial dan
prosedur rumah sakit lainnya, yang dikatakan sebagai floating anxiety,
sedangkan specific anxiety yang dialami pasien disebabkan oleh keadaan
sakit pasien, yaitu gejala-gejala penyakit, tingkat keparahan, pengobatan
serta hasil pengobatan.
Kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh
dengan tekanan. Stress dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman
terhadap suatu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja
untuk melegakan tingkah laku stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau
fisik. Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor
etiologi dalam pengembangan kecemasan (Stuart and Sudeent, 1998).
Gambaran pasien di Pondok Bersalin Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe
Sragen yang mengalami kecemasan pada umumnya memiliki tanda dan
gejala sebagai berikut ; keadaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan,
atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber actual yang tidak
diketahui atau dikenal (Stuart and Sudeens, 1998). Pemberian teknik nafas
dalam pada pasien akan terjadi penurunan dalam ketegangan untuk
mencapai keadaan rileks, memusatkan perhatian pada teknik pernafasan,
dan mengencangkan serta mengendurkan kumpulan otot secara bergantian
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
sehingga dapat merasakan perbedaan antara relaksasi dan ketegangan. Dari
hasil penelitian, gambaran tingkat kecemasan setelah pemberian teknik nafas
dalam pada waktu selama 15 menit diperoleh penurunan nilai tingkat
kecemasan rata-rata standar devisiasinya 0,4923.
Gambaran Penggunaan Teknik Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan pasien persalinan.
Dari banyak jenis terapi, pernafasan adalah salah satu yang diyakini
bisa menyembuhkan berbagai penyakit dari sesak nafas hingga kanker lewat
kemampuannya memperlancar peredaran darah (Lilik, 2006). Pernafasan
bagi proses dalam tubuh, psikologis, olahraga, estetika, spiritual, dan
penyembuhan, semuanya bisa ditingkatkan hingga ke tingkat yang luar biasa
dengan mengembangkan pernafasan secara sadar dan belajar bagaimana
membangkitkan dan mengarahkan energi yang disediakan oleh pernafasan
yang benar dan terampil (Zi, 2003).
Teknik nafas dalam juga dapat memberikan individu kontrol diri ketika
terjadi rasa ketidaknyamanan atau cemas, stres fisik dan emosi yang
disebabkan oleh kecemasan. Teknik ini tidak hanya digunakan pada individu
yang sakit tetapi bisa juga digunakan pada individu yang sehat. Pelaksanaan
teknik relaksasi bisa berhasil jika pasien kooperatif. (Potter dan Perry, 2006).
Menguasai teknik pernafasan merupakan modal penting karena teknik
tersebut sangat berguna selama proses persalinan berlangsung. Keuntungan
utamanya, teknik pernafasan tersebut memberi perasaan yang luar biasa
indah dalam mengontrol tubuh. Pernafasan dapat meningkatkan kemampuan
menahan rasa sakit. Dari hasil penelitian pemberian teknik nafas dalam
dalam penurunan tingkat kecemasan pada jarak waktu 15 menit diperoleh
nilai rata-rata 200-299 tingkat kecemasan sedang. Dengan standar
deviasinya = 0,4932. Sedangkan pada standar penurunan tingkat kecemasan
diperoleh nilai rata-rata adalah 150 -199 kecemasan ringan dengan standar
deviasinya = 0,2886.
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
Perbedaan Pengaruh Pemberian Teknik Nafas Dalam Sebelum Dan
Sesudah Perlakuan Terhadap Perubahan Tingkat Kecemasan
Perlakuan teknik nafas dalam banyak memberikan pengaruh
penurunan tingkat kecemasan setelah diberi perlakuan selama 15 menit. Hal
ini dapat dikatakan bahwa pemberian teknik nafas dalam efektif dilakukan
untuk penurunan tingkat kecemasan pasien persalinan kala I dengan hasil
yang diperoleh adalah sebelum diberikan perlakuan tingkat kecemasan
pasien 300-399 cemas berat. Setelah diberikan perlakuan teknik nafas dalam
selama 15 menit diperoleh rata-rata penurunan tingkat kecemasan yaitu 200-
299 cemas sedang. Selanjutnya apabila hasil tersebut dianalisis dengan uji
statistik t-test berdasarkan hasil nilai = t hitung>dari pada t tabel =
13.000>1,796 dengan taraf singnifikan 0,05 sehingga Ho ditolak, artinya ada
perbedaan secara signifikan tingkat kecemasan pada ibu yang menjalani
persalinan kala I antara sebelum diberi perlakuan teknik nafas dalam dan
setelah diberikan teknik nafas dalam. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pernafasan adalah salah satu yang diyakini bisa
menyembuhkan berbagai penyakit dari sesak nafas hingga kanker lewat
kemampuanya memperlancar peredaran darah. Pernapasan bagi proses
dalam tubuh, psikologis, olah raga, estetika, spiritual, dan penyembuhan,
semuanya bisa ditingkatkan ke tingkat yang luar biasa dengan
mengembangkan penapasan secara sadar dan belajar bagaimana cara
membangkitkan dan mengarahkan energi yang disediakan oleh pernapasan
yang benar dan terampil (Zi, 2003).
Hal tersebut juga diperkuat dengan teori Chy yi yang menyatakan bahwa
pada masa lahir dan pasca lahir, beberapa latihan fisik dianjurkan untuk
membantu kelahiran dan pemulihan. Latihan pernafasan yang khusus
biasanya jarang dianjurkan. Jika sudah terampil melakukan pernapasan
dalam-dalam maka pembangunan latihan fisik dan pernafasan akan
memberikan hasil yang lebih baik, metode psikoprofilaktik yaitu persiapan
psikologis dan fisik menjelang persalinan atau disebut juga dengan metode
lemaze atau metode lain untuk persalinan yang alami. Semua metode itu
membutuhkan keterampilan bernafas sesuai dengan tahap-tahap persalinan
pembukaan, peralihan dan pengejanan dengan menggunakan metode Chy
Yi (Zi, 2003). Teknik ini tidak hanya digunakan pada individu yang sakit tetapi
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
bisa juga digunakan pada individu yang sehat. Pelaksanaan teknik ini bisa
berhasil jika pasien kooperatif (Potter dan Perry, 2006). Begitu juga menurut
Neumen, bahwa manusia merupakan sistim internal yang terbuka dan
terinteraksi dengan lingkungan internal maupun eksternal yang dapat
menyebabkan stress (stressor). Adapun stressor menyebabkan seseorang
untuk berinteraksi untuk mempertahankan kesehatannya melalui mekanisme
pemecahan masalah atau koping tertentu. Penyebab stress dapat berasal
dari diri sendiri, diluar individu atau interaksi dengan orang lain. Pengaruh
stressor serta kemampuan koping yang digunakan (Gaffar, 1999).
Penurunan tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala I sesudah
diberikan perlakuan teknik nafas dalam sesuai dengan tori yang dikemukakan
oleh Chilson (1997) menjelaskan bahwa pasien yang tidak mengalami
penurunan tingkat kecemasan apabila kurang atau tidak mendapatkan
informasi prosedur persalinan dan kecemasan pasien persalinan tersebut
akan menurun apabila diberi informasi atau penjelasan yang kuat oleh tenaga
kesehatan. Selain itu juga ada ahli yang menyatakan bahwa pasien yang
telah mendapatkan penjelasan sebelum persalinan maka akan marasa lebih
tenang dari hal-hal ini mengurangi rasa sakit, atau komplikasi lain setelah
persalinan, disamping memperpendek lamanya perawatan di klinik bersalin.
Dilihat dari uji statistik pada penelitian ini, dibandingkan dengan penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan hasil yang sama, yaitu teknik
nafas dalam efektif atau berpengaruh untuk menurunkan tingkat kecemasan
pasien persalinan kala I dan secara statistik berbeda.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : Pertama, karakteristik tingkat
kecemasan pada pasien persalinan kala I sebelum diberi perlakuan teknik
nafas dalam tingkat kecemasan pasien berkisar panik, besar, sedang, ringan.
Karakteristik tingkat kecemasan pasien setelah diberi perlakuan teknik nafas
berkisar cemas ringan,sedang dan berat. Kedua, terdapat perbedaan yang
signifikan pemberian teknik nafas dalam terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada pasien persalinan kala I.


JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S. (1998). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Renika
Cipta, Jakarta
Bobak, et al. (2005) Buku Ajar : Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Corwin, E. (1997) Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Darajat, 2. 1998. Ilmu Jiwa, Bulan Bintang Jakata
Farrer, Helen. (1999) Perawatan Maternitas. Alih Bahasa : Andry Hartono.
Jakarta : EGC.
Gaffar, L.J. (1999) Pengantar keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.
Hawari, dadang, (2001). manajemen stres cemas dan depresi. Balai Penerbit.
FKUI, Jakarta
Henderson, C. (2005) Buku Ajar Konsep Kebidanan. Alih bahasa : Ria
Anjarwati. Jakarta ECG
Hidayat, A.A.(2005) Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Kaplan, Harold I, Sadock, Benjamin J. (1998). Ilmu Kedokteran Jwa Darurat,
Widya Medika, Jakarta
Long, BC. 1996, Perawat Medikal Bedah, Edisi 2, Alih Bahasa Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan, Pajajaran, Bandung
Mander, Rosemari. (2004) Nyeri Persalinan. Alih Bahasa : Bertha Sugiarto.
Jakarta : EGC.
Maulana. (2003) ”Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Tingkat Nyeri Pada
Pasien Post Partum Di RSUD Bantul” Skripsi FK Muhamadiah
Yogyakarta.
Mardeyanti. (2001) Perbedaan Kecemasan Ibu Hamil Primigravida dan
Miltigravida Menghadapi Persalinan. Puskesmas Tegal Rejo
Yogyakarta. Skripsi FK Muhamadiah Yogyakarta.
Margatan, Arcole. (1997) Kiat Sehat Menanggulangi Stres : Tekanan Mental
Yang Dapat Menjelma Menjadi Penyakit Berat. Solo : CV. Aneka.
Mochtar, Rustam.(1998) Sinopsis Obstetry : Obstetry Fisiologi & Obstetry
Patologi. Jakarta : EGC.
Murkoff, Heidi. (2006) Kehamilan : Apa Yang Anda Hadapi Bulan Per Bulan.
Alih Bahasa : Susi Purwoko. Jakarta : Arcan.
JURNAL KESEHATAN SURYA MEDIKA YOGYAKARTA
http://www.skripsistikes.wordpress.com
Notoatmojo, S. (2002) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rinika
Cipta.
Nursalam. (2003) Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nuraeni. (2004) Pengaruh Bimbingan Relaksasi Nafas Dalam Tergadap
Kecemasan Ibu Inpartu Primigravida Kala I Di Puskesmas Sleman
Yogyakarta, Skripsi FK UGM.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2006) Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik, vol. 2, ed.5.Alih Bahasa : Yasmin, A.
Jakarta : EGC.
Prawirohusodo, S. 1998. Stres dan kecemasan. Kumpulan makalah
simposium stres dan kecemasan, Fakultas Kedokteran Jiwa, FKUGM,
Yogyakarta
Riwidikdo, H. (2006) Statistik Kesehatan : Belajar Mudah Teknik Analisis Data
Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :Mitra Cendekia Press
Schrock, Theodore R, MD. 1997. Ilmu Bedah (Handbook Or Surgency), Edisi
7 Alih Bahasa Oleh Med. Adji Dharma, ECG, Jakarta
Smeltzer, S.C and Bare, B.G. (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Sudaarth, vol.1, ed.8. Alih Bahasa : Monica E, Ellen P.
Jakarta : EGC.
Stoppar, M. 2006, Buku pintar kehamilan. Magelang. Jawa Tengah
Stuart G. W. Sundeen, S.J. 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3,
ECG. Jakarta
Zi, N. (2003) The Art of Breathing. Jakarta :PT Buana Ilmu Populer

ILMU KEBIDANAN OBSTETRI


Obstetri merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan persalinan, hal-hal yang mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya (Oxford English Dictionary, 1933).

Obstetri terutama membahas tentang fenomena dan penatalaksanaan kehamilan, persalinan puerperium baik pada keadaan normal maupun abnormal. Nama lain obstetri adalah mid wifery.

Tujuan obstetri yaitu agar supaya setiap kehamilan yang diharapkan dan berpuncak pada ibu dan bayi yang sehat. Juga berusaha keras mengecilkan jumlah kematian wanita dan bayi sebagai akibat proses reproduksi atau jumlah kecacatan fisik, intelektual dan emosional yang diakibatkannya.

Statistik Vital Obstetri

Statistik vital obstetri meliputi:
1. Kelahiran
2. Angka kelahiran
3. Angka fertilitas
4. Kelahiran hidup
5. Lahir mati (still birth)
6. Kematian neonatal
7. Angka lahir mati
8. Angka kematian janin (sama dengan angka lahir mati)
9. Angka kematian neonatal
10. Angka kematian perinatal
11. Berat badan lahir rendah
12. Bayi cukup bulan (term infant)
13. Bayi kurang bulan (prematur)
14. Bayi lewat bulan (post term)
15. Abortus
16. Kematian ibu langsung (direct maternal death)
17. Kematian ibu tak langsung (indirect maternal death)
18. Kematian non maternal
19. Angka kematian ibu atau mortalitas ibu (maternal death rate atau maternal
mortality).

Kelahiran

Kelahiran adalah ekspulsi atau ekstraksi lengkap seorang janin dari ibu tanpa memperhatikan apakah tali pusatnya telah terpotong atau plasentanya masih berhubungan. Berat badan lahir adalah sama atau lebih 500 gram, panjang badan lahir adalah sama atau lebih 25 cm, dan usia kehamilan sama atau lebih 20 minggu.


Angka Kelahiran

Angka kelahiran adalah jumlah kelahiran per 1000 penduduk.

Angka Fertilitas

Angka fertilitas adalah jumlah kelahiran hidup per 1000 populasi wanita usia 15-44 tahun.

Kelahiran Hidup

Tanda utama kelahiran hidup adalah neonatus dapat bernapas. Tanda-tanda kehidupan lainnya meliputi denyut jantung dan gerakan spontan yang jelas dari otot volunter.

Lahir Mati (Still Birth)

Lahir mati ditandai oleh tidak ada satupun tanda-tanda kehidupan pada saat atau setelah kelahiran.

Kematian Neonatal

Kematian neonatal terdiri atas kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal dini adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari setelah kelahiran. Kematian neonatal lanjut adalah kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup lebih 7 hari sampai kurang 29 hari.

Angka Lahir Mati

Angka lahir mati adalah jumlah bayi yang dilahirkan mati per 1000 bayi yang lahir.

Angka Kematian Neonatal

Angka kematian neonatal adalah jumlah kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Perinatal

Angka kematian perinatal adalah jumlah bayi lahir mati ditambah kematian neonatal per 1000 kelahiran total.

Berat Badan Lahir Rendah

Berat badan lahir rendah adalah berat badan lahir kurang 2500 gram.

Bayi Cukup Bulan

Bayi cukup bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan 37-42 minggu atau 260-294 hari.

Bayi Kurang Bulan (Prematur)

Bayi kurang bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan kurang 37 minggu.

Bayi Lewat Bulan

Bayi lewat bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan lebih 42 minggu.

Abortus

Abortus adalah pengambilan atau pengeluaran janin atau embrio dari uterus selama paruh pertama masa kehamilan (20 minggu atau kurang) atau berat badan lahir kurang 500 gram atau panjang badan lahir 25 cm atau kurang.

Kematian Ibu Langsung

Kematian ibu langsung disebabkan komplikasi obstetri dari kehamilan, persalinan atau puerperium dan akibat intervensi, kelahiran, dan terapi tidak tepat.

Kematian Ibu Tak Langsung

Kematian ibu tak langsung disebabkan oleh penyakit yang timbul selama kehamilan, persalinan atau puerperium dan diperberat oleh adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan. Misalnya kematian ibu karena komplikasi stenosis mitral.

Kematian Non Maternal

Kematian non maternal disebabkan oleh kecelakaan atau faktor kebetulan yang sama sekali tidak berhubungan dengan kehamilan.

CARA MELAHIRKAN SPONTAN

SISTEM FUNGSI DAN ANATOMI OTAK MANUSIA

Otak Anda mengendalikan semua fungsi tubuh Anda. Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh Anda. Jika otak Anda sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental Anda. Sebaliknya, apabila otak Anda terganggu, maka kesehatan tubuh dan mental Anda bisa ikut terganggu.
 
Seandainya jantung atau paru-paru Anda berhenti bekerja selama beberapa menit, Anda masih bisa bertahan hidup. Namun jika otak Anda berhenti bekerja selama satu detik saja, maka tubuh Anda mati. Itulah mengapa otak disebut sebagai organ yang paling penting dari seluruh organ di tubuh manusia.
 
Selain paling penting, otak juga merupakan organ yang paling rumit. Membahas tentang anatomi dan fungsi otak secara detail bisa memakan waktu berhari-hari. Oleh karena itu disini kita akan membahas anatomi dan fungsi otak secara garis besarnya saja sekedar membuat Anda paham bagian-bagian dan fungsi otak Anda sendiri.
 
 
 
Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
  1. Cerebrum (Otak Besar)
  2. Cerebellum (Otak Kecil)
  3. Brainstem (Batang Otak)
  4. Limbic System (Sistem Limbik)
1. Cerebrum (Otak Besar)
 
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
 
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
  • Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
  • Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
  • Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
  • Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
 
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional. Mengenai fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri sudah kami bahas pada halaman tersendiri. Anda bisa membacanya dengan klik disini.
2. Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.
3. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan anda.
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
  • Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
  • Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
  • Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.
Catatan: Kelompok tertentu mengklaim bahwa Otak Tengah berhubungan dengan kemampuan supranatural seperti melihat dengan mata tertutup. Klaim ini ditentang oleh para ilmuwan dan para dokter saraf karena tidak terbukti dan tidak ada dasar ilmiahnya.
4. Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak. Misalnya Anda lebih memperhatikan anak Anda sendiri dibanding dengan anak orang yang tidak Anda kenal. Mengapa? Karena Anda punya hubungan emosional yang kuat dengan anak Anda. Begitu juga, ketika Anda membenci seseorang, Anda malah sering memperhatikan atau mengingatkan. Hal ini terjadi karena Anda punya hubungan emosional dengan orang yang Anda benci.
Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung  menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.

 
Gambar Ilustrasi Fungsi Otak Kanan & Otak Kiri
Perbedaan dua fungsi otak sebelah kiri dan kanan akan membentuk sifat, karakteristik dan kemampuan yang berbeda pada seseorang. Perbedaan teori fungsi otak kiri dan otak kanan ini telah populer sejak tahun 1960an, dari hasil penelitian Roger Sperry.
Otak besar atau cerebrum yang merupakan bagian terbesar dari otak manusia adalah bagian yang memproses semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir, menalarkan, mengingat, membayangkan, serta merencanakan masa depan.

Otak besar dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan, atau yang lebih dikenal dengan Otak Kiri dan Otak Kanan. Masing-masing belahan mempunyai fungsi yang berbeda. Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Beberapa pakar menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat Intelligence Quotient (IQ).

Sementara itu otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional Quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya.

Belahan otak mana yang lebih baik? Keduanya baik. Setiap belahan otak punya fungsi masing-masing yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Akan tetapi, menurut penelitian, sebagian besar orang di dunia hidup dengan lebih mengandalkan otak kirinya. Hal ini disebabkan oleh pendidikan formal (sekolah dan kuliah) lebih banyak mengasah kemampuan otak kiri dan hanya sedikit mengembangkan otak kanan.

Orang yang dominan otak kirinya, pandai melakukan analisa dan proses pemikiran logis, namun kurang pandai dalam hubungan sosial. Mereka juga cenderung memiliki telinga kanan lebih tajam, kaki dan tangan kanannya juga lebih tajam daripada tangan dan kaki kirinya. Sedangkan orang yang dominan otak kanannya bisa jadi adalah orang yang pandai bergaul, namun mengalami kesulitan dalam belajar hal-hal yang teknis.
Ada banyak cara untuk mengetahui apakah seseorang dominan otak kanan atau dominan otak kiri. Misalnya dengan melihat perilaku sehari-hari, cara berpakaian, dengan mengisi kuisioner yang dirancang khusus atau dengan peralatan Electroencephalograph yang bisa mengamati bagian otak mana yang paling aktif.
Disekitar Anda pastinya ada orang yang pandai dalam ilmu pengetahuan, tapi tidak pandai bergaul. Sebaliknya ada orang yang pandai bergaul, tapi kurang pandai di sekolahnya. Keadaan semacam ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara otak kanan dan otak kiri.
Idealnya, otak kiri dan otak kanan haruslah seimbang dan semuanya berfungsi secara optimal. Orang yang otak kanan dan otak kirinya seimbang, maka dia bisa menjadi orang yang cerdas sekaligus pandai bergaul atau bersosialisasi.
Untuk mengoptimalkan dan menyeimbangkan kinerja dua belahan otak, Anda bisa menggunakan teknologi CD Aktivasi Otak. Metode ini sangat mudah diikuti karena Anda hanya perlu mendengarkan semacam musik instrumental yang dirancang khusus untuk menyelaraskan dan mengaktifkan kedua belahan otak Anda.
CATATAN: Artikel ini ditulis oleh Tim Pusat Riset Terapi Musik & Gelombang Otak (www.terapimusik.com). Hak cipta dilindungi hukum. Mohon tidak menyalin sebagian atau seluruh isi artikel ini tanpa izin dari TerapiMusik.Com yang merupakan induk dari situs

MACAM MACAM ABORSI


  •  Abortus Imminens/Abortus Mengancam

    Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari rahim pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana  hasil konsepsi masih dalam rahim dan tanpa adanya pembesaran leher rahim.
    Diagnosis abartus mengancam ditemukan apabila pada wanita hamil terjadi perdarahan melalui milut rahim disertai mulas sedikit atau tidak sama sekali, rahim membesar sebesar tuanya kehamilan, dan leher rahim belum membuka.

  • Abortus Insipien/ Abortus sedang berlangsung
Abortus Insipien ialah peristiwa perdarahan rahim pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya pembukaan leher rahim. Namun Hasil konsepsi masih ada. Dalam Peristiwa ini, rasa mulas menjadi lebih sering dan kuat serta perdarahan bertambah.
  • Abortus inkompletus/abortus yang tidak lengkap
Abortus inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa konsepsi yang tertinggal didalam rahim. Pada pemeriksaan Vaginal, leher rahim terbuka dan jaringan dapat diraba dalam ruang rahim atau kadang-kadang sudah menonjol dari mulut rahim. Perdarahan pada abortus yang tidak lengkap dapat banyak sekali sehingga menyebabkan shock dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
  • Abortus kompletus/abortus lengkap
Abortus kompletus ialah semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdaraha sedikit, mulut rahim telah mengatup, dan rahim sudah semakin mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
  • Abortus Servikalis
Pada abortus servilakis, keluarnya hasil konsepsi dari rahim dihalangi oleh leher rahim yang tidak membuka sehingga semuanya terkumpul dalam saluran leher rahim. Oleh karena itu, leher rahim menjadi besar, berbentuk bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan leher rahim membesar dan di atas mulut teraba adanya jaringan.
  • Missed Abortion
Missed Abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu. Namun, janin yang mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormon progesteron.
  • Abortus habitualis/abortus berulang
Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3kali atau lebih berturut-turut. Penyebab abortus habitus pada dasarnya sama dengan sebab-sebab abortus spontan seperti yang telah dibicarakan. Namun, ditemukan penyebab lain yang bersifat imunologik, yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen tertentu.
  • Abortus Infeksious dan abortus septik
Abortus infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat kelamin. Adapun abortus septik ialah abortus infeksious berat disertai penyebab kuman atau racun ke dalam peredaran darah atau lapisan perut.

ANATOMI SARAF

ANATOMI DAN FISIOLOGI SARAF
 
Ada dua cara penyampaian informasi pada makhluk hidup, yang pertama dalam bentuk zat kimia atau lebih spesifik lagi dengan perantaraan hormon yang disekresikan oleh kelenjar endokrin. Penyampaian informasi yang kedua adalah dengan menggunakan sinyal elekrtrik yang dihantarkan dengan perantaraan sistem saraf. Kedua bagian tersebut saling berkaitan, selain karena sistem endokrin berada dibawah pengaruh sistem saraf tetapi juga karena banyak sel saraf yang mengkhususkan diri mensekresikan atau menyimpan neurohormon yang berperan mengaktifkan beberapa sel efektor. Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf periferal dan sistem saraf sentral. Sistem saraf periferal mengumpulkan informasi dari permukaan tubuh, dari oragan-organ khusus, dan menghantarkan sinyal-sinyal ke sistem saraf sentral.
A. Komponen Sistem Saraf
Jaringan saraf terdiri dari 3 macam sel yang mempunyai struktur dan fungsi berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel schwann merupakan pembungkus kebanyakan akson dari system saraf perifir dan sel penyokong (neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantara neuron dari system saraf pusat.
Sel saraf terdiri dari 3 bagian, yaitu:badan sel (soma atau prokarion) dan uluran-uluran yang keluar dari badan sel, yaitu dendrit (uluran pendek) dan akson (uluran panjang). Badan sel mengandung nucleus dan nucleolus yang dikelilingi oleh sitoplasma glanduler. Lokasi badan sel terletak di sistem saraf pusat tapi ada juga yang terletak di sistem saraf perifer. Dendrit merupakan uluran pendek, bercabang-cabang, mengandung badan Nissl, mitokondria dan organel. Dendrit berfungsi menghantarkan impuls kearah badan sel. Akson atau silinder sumbu merupakan satu uluran panjang dari badan sel, berbentuk tipis, panjang, dan menghantarkan impuls menjauhi badan sel. Akson yang diselubungi mielin (substansi lemak) disebut akson bermielin, sedangkan yang tidak diselubungi mielin disebut akson telanjang.
Selubung mielin pada sistem saraf perifer dibentuk dari sel Schwann. Bagian sel schwann yang menyelubungi selubung mielin disebut neurilemma yang berperan membantu proses regenerasi akson yang sedikit luka.
Sel penyokong, kecuali bersifat tidak terangsang, juga merupakan jaringan saraf yang menyokong, melindungi dan mengisolasi neuron. Sel penyokong terdiri atas: astrosit terutama terdapat di sistem saraf pusat dan merupakan setengah dari volume jaringan saraf. mikroglia merupakan sel berbentuk lonjong, berukuran kecil, mempunyai uluran panjang, dan bercabang-cabang. Sel ependima merupakan sel yang melapisi ruang otak dan saluran tengah sumsum tulang belakang. Oligodendrosit mempunyai bentuk hampir sama dengan astrosit, tapi memiliki uluran yang lebih sedikit, melapii sepanjang neuron dari sistem saraf pusat.
Ganglion-ganglion (simpul-simpul saraf ) otot dan tulang punggung merupakan kumpulan neuron aferans yang terdapat pada akar sensorik dari saraf mereka masing-masing.tiap ganglion terbungkus oleh suatu kapsula jaringan penyambung yang kontinu dengan epinerium dan perinerium dari saraf periferal, yang terbagi dalam trabekula untuk memberikan kerangka bagi badan sel.
B. Klasifikasi Neuron
Sel saraf atau neuron terdiri ats badan sel dengan tonjolan-tonjolan sitoplasmik yang panjang sebagai serabut saraf. Sel saraf mempunyai kemampuan khusus yaitu merambatkan impuls. Mereka mensintesis asetil kolin dan zat-zat adrenergik sebagai neurotransmitter yang dibutuhkan untuk pemindahan impuls ke sel saraf lain. Untuk kehidupanya, sel-sel tersebut terlibat dalam sintesis protein, karbohidrat, dan lipid. Tonjolan sel saraf dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu tonjolan yang merambatkan impuls menuju badan sel atau soma yang bersifat eferen dan kategori kedua, tonjolan yang merambatkan impuls menjauhi badan sel yang bersifat eferen.
Neuron dapat dibedakan berdasarkan:
  1. Atas jumlah uluranya dibedakan menjadi :
  • Neuron unipolar yaitu hanya satu uluran yang timbul terdapat pada hewan rendahdan neuron sensorik manusia.
  • Neuron bipolar mempunyai dua uluran(akson dan dendrit) terdapat pada retina, koklea, dan epitel olfaktori.
  • Neuron multipolar mempunyai satu akson dan beberapa dendrit terdapat pada neuron motorik sumsum tulang belakang
  1. Atas dasar fungsi dibedakan atas:
  • Neuron sensorik adalah neuron yang menghantarkan impuls kepusat saraf.
  • Neuron motorik adalah neuron yang aksonya berakhir pada otot rangka.
  • Neuron sekresi adalah neuron yang aksonya berakhir pada suatu kelenjar.
  • Neuron akselerator adalah neuron yang aksonya berakhir pada otot jantung dan alat dalam berfungsi mempercepat kerja otot-ototnya.
  • Neuron penghambat adalah neuron yang aksonya berakhir pada otot jantung dan alat dalam berfungsi memperlambat kerja otot-ototnya.
  • Neuron penghubung berungsi menghantarkan impuls dari satu neuron keneuron lain.
C. Stimulus
Stimulus merupakan perubahan lingkungan luar atau dalam yang mampu menimbulkan impuls. Rangsangan mekanik umumnya merupakan perubahan tekaanan seperti membesarnya usus karena gas. Rangsangan kimia merupakan substansi kimia seperti larutan garam yang mengadakan kontak dengan ujung saraf bebas.rangsangan suhu merupakan perubahan udara yang dapat merangsang reseptor yang terdapat di kulit. Rangsangan elektrik merupakan arus elektrik.
Agar dapat bertindak secara efektif sebagai stimulus, perubahan lingkunngan harus memilii karakteristik sebagai berikut:
  1. Harus mempunyai intensitas tertentu, stimulus yang dapat menimbulkan respons disebut stimulus minimal atau stimulus ambang.
  2. Harus mempunyai lama waktu tertentu.
  3. Harus dengan kecepatan cukup, artinya waktu antara stimulus pertma dengan stimulus kedua harus cukup
Keefektifan suatu rangsang tergntung dari besarnya arus yang digunakan untuk merangsang saraf dan lamanya pemberian arus.bila besarnya arus yang digunakan untuk merangsang saraf itu kecil, maka waktu pemberian arus harus lama
D. impuls Saraf
Impuls adalah perubahan energi listrik yang dirambatkan sepanjang akson. Impuls saraf memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Hukum “semua atau tidak” artinya bila intensitas rangsang ditingkatkan tidak akan meningkatkan kekuatan respons.
  2. Arah pergerakan impuls. Pada akson didalam tubuh arah pergerakan impuls hanya menuju satu arah saja, yaitu dari badan sel ke akson atau dari dendrit ke badan sel.
  3. Kelelahan saraf. Bila dalam keadaaan tidak normal seperti kekurangan oksigen, kemampuan saraf akan berkurang.
  4. Kecepatan perjalanan impuls. Kecepatanimpuls saraf dipengaruhi oleh: suhu tubuh, diameter serabut saraf, ada tidaknya selubung mielin, blokade impuls saraf.
Cara kerja impuls saraf menurut teori membran adalah sebagai berikut:
  1. Saat tidak menghantarkan impuls serabut saraf dalam keadaan polarisasi.
  2. Bila dirangsang, akan terjadi depolarisasi.
  3. Daerah polarisadi dengan depolarisasi akan timbul arus elektrik
  4. Depolarisasi akan menjalar sepanjang serabut saraf.
  5. Daerahdepolarisasai akan mengalami refakter (tidak peka tehadap rangsang) yang berlangsung selama 1 sampai 5 milidetik.
Larutan kimia yang dapat menghambat impuls saraf dapat digolongkan dalam:
  1. Anestasia merupakan kondisi hilangnya sebagian atau seluruh perasaaan (sensasi) yang disertai dengan ketidak sadaran. Disebabkan pemberian eter, kokain, prokain dll
  2. Sedatif adalah suatu keadaan dimana iritabilitas saraf menurun sehingga mempunyai efek penenang. Disebabkan pemberian bromida, opium, dll.
  3. Hipnotik adalah suatu keadaan dimana hewan itu tidur. Disebabkan oleh morfin, luminal, veronal, dll.
E. Sinapsis
Sinapsis adalah sambungan antara neuron yang satu dengan neuron yang lain. Pada saat impuls melintasi sinaps, impuls dapat terus dijalankan atau dihambat. Sinaps terdapat pada:
  1. antara akson dari neuron yang satu dengan badan sel dari neuron lain.
  2. antara akson dari neuron yang satu dengan dendrite dari neuron lain
  3. antara ujung akson dari neuron yang satu dengan akson neuron lain.
Sinaps umumnya ditandai oleh beberapa ciri yaitu:
  1. menghantarkan impuls ke satu arah, yaitu dari ujung akson dari neuro yang satu ke badan sel.
  2. memperlambat perjalanan impuls, sehingga menimbulkan apa yang disebut kelambatan sinptik.
  3. melepaskan transitter kimia dari membran susinaps kecelah sinaps dan akhirnya menuju ke membran pasca sinaps.
  4. menimbulkan penambahan kuat rangsang.
  5. sangant peka terhadap kelelahan (fatigue).
  6. peka terhadap kekuarangan oksigen.
  7. peka terhadap senyawa kimia atau obat-obatan.
Ada beberapa jenis obat-obatan yang berpengaruh terhadap sinaps. Pengaruhnay dapat mengaktifkan atau dapat juga menghambat. Contohnya adalah kafein yang sangat berpengaruh terhadap membran pasca sinaps, yaitu menyebabkan menurunya potensial sehingga mengakibatkan membran pasca sinaps mudah terangsang.
F. Reseptor
Reseptor (penerima rangsang) dapat diklasifikasikan menurut jenis energi yang biasanya memberikan mereka respons (yang disebut rangsan/gan cukup). Golongan reseptor yang biasa adalah mekanoreseptor, kemoreseptor, dan fotoreseptor yang masing-masing memberikan respons terhadap teganagan atau tekanan, suhu, zat-zat kimia, dan cahaya.
Reseptor dapat juga dibagi menurut posisi badan mereka sebagai eksteroreseptor, enteroreseptor, dan proprioseptor yang masing-masing memberikan respon terhadap rangsangan luar, rangsangan viseral dan vaskuler, dan perubahan-perubahan dalam sistem lokomotoris (yakni otot, tendo, dan sendi). Ada suatu golongan akhir reseptor yang disebut nosiseptor yang memberi respons terhadap rangsangan beracun dan potensial merusak.
G. Neurotransmitter
Bahan-bahan kimiawi dapat mempengaruhi impuls dari sel-sel saraf, bahan kimiawi tersebut bekerja melalui mekanisme yang berbeda, yaitu:
  1. Sebagian besar sel-sel dalam tubuh melepaskan sejernis atau lebih zat sebagai sinyal kimiawi yang berfungsi sebagai mediator kimiawi setempat. Karena zat-zat tersebut mudah sekali rusak atau dibuang dari tempatnya, maka hanya efektif untuk daerah sekitarnya saja.
  2. sel-sel endokrin khusus yang melepaskan hormaon yang harus diangkut melaui peredaran darah sebelum mencapai sel sasaranya.
  3. sel saraf membentuk hubungan khusus yang disebut sinapsis kimiawi dengan sel sasaranya yang akan dipengaruhi (sel saraf, sel otot, sel kelenjar) dengan cra melepaskan mediator kimiawi yang hanya bekerja pad jarak yang sangat dekat.sedang bahan yang dilepaskan tersebut dinamakan neurotransmitter dan hanya berpengaruh pada bagian sel yang sangat dekat.
Apabila informasi telah mencapai ujung saraf, maka impuls listrik yang merambat tersebut akan diubah menjadi sinyal kimiawi pada saat dilepaskan neurotransmtter. Neurotransmitter hanya memerlukan jarak yang sangat kecil dan tempo kurang dari 1 milisekon untuk mencapai sel sasaran. Dalam tubuh vertebrata telah diungkapakan sekitar 30 jenis molekul yang digolongkan dalam neurotransmitter diantaranya adalah(Tabel 1.2):
Tabel 1.2
Beberapa contoh Neurotransmitter dengan fungsinya
No
Nama
Efek utama
1.
Asam amino dan turunanya : Glycine
Transmitter penghambat dalam SSP
2.
Norepinephrin
Tranmitter dalam SSP dan SS peririfir yang bersifat penghambat dan eksitasi
3.
Gamma - aminobutyric acid (GABA)
Transmitter penghambat dari SSP
4.
Acetylcholine
Transmitter eksitasi pada hubungan neromuskuler, transmitter eksitasi dan penghambat dalam SSP dan susunan saraf perifir
5.
Enkephalin
Transmitter yang mempunyai efek seperti morfin yaitu menghambat lintasan nyeri dalam SSP

ANATOMI TELINGA MANUSIA

Indra pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

a. Telinga Luar



Bagian ini tersusun oleh daun telinga yang dibentuk dari bahan tulang rawan dan lubang saluran suara yang panjangnya 2,5 cm. Telinga luar ini berbentuk corong, sehingga dari struktur yang dimiliki dapat mengumpulkan gelombang suara dari luar. Sedangkan saluran berfungsi untuk menjaga udara di dalam tetap hangat dan lembab. Di sepanjang saluran ini terdapat banyak bulu kurang lebih 4000 buah kelenjar khusus yang menghasilkan tahi kuping. Bulu-bulu tersebut berfungsi untuk penghalang masuknya serangga dan debu. Jika ada serangga atau debu yang berhasil masuk, maka tahi kuping akan menjeratnya. Tahi kuping juga berfungsi mencegah terjadinya infeksi telinga terutama jika kita berenang di air yang kurang bersih.

b. Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang temporalis) yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang martil), inkus (tulang landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian . Tangkai maleus melekat pada permukaan dalam membran tympani, sedangkan bagian kepalanya berhubungan dengan inkus. Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan dengan membran pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra ovalis (tingkap jorong/ fenestra vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapat tingkap bundar atau fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut membran tympani sekunder.

Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara . maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng.

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius (tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.

c. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari labirin osea dan labirin membranasea. Labirin osea adalah serangkaian rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum berisi cairan perilimfe. Sedangkan labirin membranasea memiliki bentuk yang sama dengan labirin osea, tetapi terletak di bagian yang lebih dalam dan dilapisi sel epitel serta berisi cairan endolimfe.

Labirin osea terdiri dari tiga bagian yaitu kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran), vestibula, dan koklea. Kanalis semisirkularis dan vestibula mengandung reseptor keseimbangan tubuh , sedangkan koklea mengandung reseptor pendengaran. Vestibula terdiri dari dua bagian yaitu utrikulus dan sakulus. Di depan vestibula terdapat koklea (rumah siput). Koklea terdiri dari tiga bagian yaitu bagian atas disebut skala vestibule, bagian bawah disebut skala timpani dan bagian yang menghubungkan keduanya pada ujung atas koklea.

Bagian dasar dari skala vestibule berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui suatu jendela berselaput yang disebut dengan tingkap oval. Sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat. Diantara skala vestibule dan skala timpani terdapat skala media yang berisi cairan endolimfe.

ANATOMI PARU

Anatomi Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli). Gelembung – gelebung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2 pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Paru-paru sendiri dibagi mejadi dua, yakni :
 Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru),
a. Lobus pulmo dekstra superior,
b. Lobus medial
c. Lobus inferior
Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
 Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinister lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang lebih kecil bernama segment.
11. Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu :
 5 buah segment pada lobus superior, dan
 5 buah segment pada inferior
12. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmet yakni :
 5 buah segment pada lobus inferior
 2 buah segment pada lobus medialis
 3 buah segment pada lobus inferior
Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah geteh bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang=cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.
Letak paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengah rongg dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oeh selaput selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua :
o Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.
o Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding dada.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna unuk meminyaki permukaannya (pleura), menghindrkn gesekan antara paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu bernafas bergerak.

Anatomi Paru-Paru